Pages

Tuesday, 8 September 2015

MOTIVASI BELAJAR



Menurut Martin dan Briggs (1986), motivasi adalah kondisi internal dan eksternal yang memengaruhi bangkitnya arah serta tetap berlangsungnya suatu kegiatan atau tingkah laku. Good dan Brophy (1991) mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak, pengarah, dan memperkuat tingkah laku; sedangkan Gagne (1985) mendefinisikan motivasi sebagai sesuatu pengarah dan memperkuat intensitas suatu tingkah laku. Motivasi seseorang dapat dilihat atau disimpulkan dari usaha yang ajeg, adanya kecenderungan untuk bekerja terus meskipun sudah tidak berada di bawah pengawasan, atau adanya kesediaan mempertahankan kegiatan secara sukarela ke arah penyelesaian suatu tugas (Ardhana, 1992). Dalam hal ini secara lebih spesifik motivasi belajar dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut minat, ketajaman perhatian, konsentrasi, dan ketekunan dalam kegiatan belajar. Di samping itu, motivasi belajar dapat dilihat dari indikator-indikator seperti keantusiasan dalam belajar, minat atau perhatian pada, pembelajaran, keterlibatan dalam kegiatan belajar, rasa ingin tahu pada isi pembelajaran, ketekunan dalam belajar, selalu berusaha mencoba, dan aktif mengatasi tantangan yang ada dalam pembelajaran.
Keller (1983) mendefinisikan motivasi sebagai intensitas dan arah suatu perilaku serta berkaitan dengan pilihan yang dibuat seseorang untuk mengerjakan atau menghindari suatu tugas serta menunjukkan tingkat usaha yang dilakukannya. Mengingat usaha merupakan indikator langsung dari motivasi belajar, maka secara operasional motivasi belajar ditentukan oleh indikator-indikator sebagai berikut:
a.    tingkat perhatian siswa terhadap pembelajaran,
b.    tingkat relevansi pembelajaran dengan kebutuhan siswa,
c.    tingkat keyakinan siswa terhadap kemampuannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran, dan
d.    tingkat kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (Keller, 1983; 1987).
Ditinjau dari tipe motivasi, para ahli membagi motivasi menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.
1.    Motivasi intrinsik, yaitu keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri individu. Dalam proses belajar mengajar siswa yang termotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari kegiatan yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya.
2.    Motivasi ekstrinsik, yaitu adalah motivasi yang keberadaannya karena pengaruh rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik bukan merupakan keinginan yang sebenarnya yang ada di dalam diri siswa untuk belajar; tujuan individu melakukan kegiatan adalah mencapai tujuan yang terletak, di luar aktivitas belajar itu sendiri, atau tujuan itu tidak terlibat di dalam aktivitas belajar.
Antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik saling menambah atau memperkuat, bahkan motivasi ekstrinsik dapat membangkitkan motivasi intrinsik. Dan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan, baik yang bersifat internal maupun eksternal yang membuat siswa bergerak, bersemangat, dan senang belajar secara serius dan terus-menerus selama kegiatan proses belajar.
Keller (1987) memandang motivasi belajar sebagai a general trait dan a situation-spesific state. Sebagai suatu general trait motivasi belajar diasumsikan sebagai suatu kecenderungan siswa yang relatif stabil dalam kegiatan pembelajaran; sedangkan sebagai suatu situation spesific state, motivasi belajar diasumsikan sebagai suatu kecenderungan yang tidak stabil dalam kegiatan pembelajaran, dalam arti motivasi belajar siswa bisa meningkat dan bisa menurun. Visser dan Keller (1990) mengklasifikasikan motivasi belajar menjadi empat variabel, yaitu
a.    perhatian (attention),
b.    relevansi (relevance),
c.    keyakinan (confidence), dan
d.    kepuasan (satisfaction).
Guna mengetahui seberapa besar motivasi belajar siswa dapat diketahui dari seberapa jauh perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran; seberapa jauh siswa merasakan ada kaftan atau relevansi isi pembelajaran dengan kebutuhannya; seberapa jauh siswa merasa yakin terhadap kemampuannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran; serta seberapa jauh siswa merasa puas terhadap kegiatan belajar yang telah dilakukan. Keempat variabel tersebut merupakan kondisi-kondisi yang nampak dalam diri siswa selama mengikuti pembelajaran.

Referensi:
Wena, Made. 2012. Strategi Pembelajaran inovatif kontemporer (Hal: 32-34). Jakarta: Bumi Aksara.

No comments:

Post a Comment