
Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap
objek, orang atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap
sesuatu. Manusia mempunyai sifat bawaan, misalnya: kecerdasan, temperamen, dan
sebagaimya. Faktor-faktor ini memberi pengaruh terhadap pembentukan sikap
(Olson & Zanna, 1993). Selain itu, manusia juga mempunyai sikap warisan,
yang terbentuk dengan kuat dalam keluarga. Misalnya sentimen golongan,
keagamaan, dan sebagainya. Namun secara umum, para pakar psikologi sosial
berpendapat bahwa sikap manusia terbentuk melalui proses pembelajaran dan
pengalaman.
Menurut Klausmeier (1985), ada tiga model
belajar dalam rangka pembentukan sikap. Model-model ini sesuai dengan
kepentingan penerapan dalam dunia pendidikan. Tiga model tersebut.
·
Mengamati dan meniru, pembelajaran model
ini berlangsung pengamatan dan peniruan melalui model (learning through
modeling). Tingkah laku manusia dipelajari dengan meng-amati dan meniru tingkah
laku atau perbuatan orang lain terutama orang-orang yang berpengaruh.
·
Menerima penguatan, penguatan dapat berupa
ganjaran (penguatan positif) dan dapat berupa penguatan hukuman (penguatan
negatif). Dalam proses pendidikan, guru atau orangtua dapat memberikan ganjaran
berupa pujian atau hadiah kepada anak yang berbuat sesuai dengan nilai-nilai
tertentu. Dari waktu ke waktu respon yang diberi ganjaran tersebut akan
bertambah kuat.
·
Menerima informasi verbal, informasi
tentang berbagai hal dapat diperoleh melalui lisan atau tulisan. Informasi
tentang objek tertentu yang diperoleh oleh seseorang akan mempengaruhi
pembentukan sikapnya terhadap objek yang bersangkutan.
a.
Sikap
dan Objek Sikap yang Perlu Dinilai
Dalam
kegiatan pembelajaran, penilaian terhadap sikap selain bermanfaat untuk
mengetahui faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi pembelajaran, berguna
juga sebagai feeback pengembangan pembelajaran.
Secara
umum, penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran dapat dilakukan berkaitan
dengan berbagai objek sikap sebagai berikut:
§ Sikap
terhadap mata pelajaran.
§ Sikap
guru terhadap mata pelajaran.
§ Sikap
terhadap proses pembelajaran
§ Sikap
terhadap materi dari pokok-pokok bahasan yang ada
§ Sikap
berhubungan dengan nilai-nilai tertentu yang ingin ditanamkan dalam diri siswa
melalui materi tertentu.
§ Sikap
berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum
b.
Tindak
Lanjut
Hasil
penilaian sikap perlu dimanfaatkan dan ditindak-lanjuti. Hasil pengukuran dan
penilaian sikap siswa dalam kelas, tujuan utamanya bukanlah untuk dilaporkan
dalam bentuk angka, seperti nilai penguasaan pengetahuan (domain kognitif) atau
keterampilan (domain psikomotor). Manfaat utama pengukuran dan penilaian sikap
adalah untuk mem-peroleh masukan atau umpan balik bagi peningkatan
profe-sionalisme guru, perbaikan proses pembelajaran dan pembinaan sikap siswa.
Secara terperinci, hasil pengukuran dan penilaian sikap dalam kelas dapat
dimanfaatkan untuk hal-hal sebagai berikut.
§ Pembinaan
sikap siswa, baik secara pribadi maupun kla-sikal, perlu memperhatikan teori
pembentukan dan per-ubahan sikap. Sebagian dari teori itu telah dijelaskan pada
bagian awal dari naskah pedoman ini.
§ Perbaikan
proses pembelajaran, misalnya secara umum siswa menunjukkan sikap negatif
terhadap pokok bahasan atau mata pelajaran tertentu, ada kemungkinan siswa
belum dapat menyerap dengan benar materi pelajaran dan belum dapat memahami
dengan benar konsep-konsepnya. Oleh karena itu, siswa belum dapat
mempersepsikan dengan benar tentang objek sikap pokok bahasan atau mata
pelajar-an sebagai yang dinyatakan, sehingga memberi respon negatif dalam
memberi jawaban. Dalam hal ini, guru perlu mengkaji lebih mendalam dan mungkin
perlu memberikan perhatian khusus dan penekanan-penekanan tertentu dalam proses
pembelajaran.
§ Peningkatan
profesionalitas guru. Hasil pengukuran dan penilaian sikap dapat dimanfaatkan
pula dalam rangka pembinaan profesionalisme guru. Berdasarkan hasil peng-ukuran
dan penilaian sikap, guru dapat memperoleh infor-masi tentang kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya berdasarkan persepsi siswa. Informasi tersebut sangat
ber-manfaat dalam rangka melakukan upaya-upaya perbaikan dan peningkatan
kualitas pribadi dan kemampuan profe-sional guru.
b.
Cara-cara
Menilai Perilaku
Pengukuran
sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara-cara tersebut antara lain:
observasi perilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi, dan penggunaan skala
sikap. Obser-vasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku
caatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan Iiswa selama di
sekolah (Critical Incidents Record). Pertanyaan langsung dilakukan dengan
menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu
hal. Berdasarkan jawaban dan reaksi yang tampil dari seseorang dalam memberi
jawaban dapat dipahami sikap orang itu ter-hadap sikap tertentu.
Penggunaan
skala sikap mengambil dari teknik-teknik yang telah dikembangkan, namun yang
paling praktis dan murah diimplementasikan adalah Skala Diferensiasi Semantik
(Semantic Differential Technique). Teknik ini dapat digunakan pada berbagai
bidang, dan teknik ini sederhan dan mudah diimplementasikan dalam pengukuran
dan skala sikap di kelas. Langkah-langkah pengembangan skala dengan teknik ini
sebagai berikut:
§ Menentukan
objek sikap yang akan dikembangkan skalanya, misalnya "Mata Pelajaran
Agama Islam"
§ Memilih
dan membuat daftar dari konsep dan kata sifat yang relevan dengan objek
penilaian sikap. Misalnya menarik; penting; menyenangkan; mudah dipelajari; dan
sebagainya.
§ Memilih
kata sifat yang tepat dan akan digunakan dalam skala
§ Menentukan
rentang skala pasangan dan penskorannya
Referensi:
Majid, Abdul.
2009. Perencanaan Pembelajaran (hal:213-2015). Bandung:PT. Remaja Rosda Karya
No comments:
Post a Comment